Cepat Datangkan Uang Warga Gorontalo Tanam Jagung Hingga Gunung, Bukit dan Lembah
Monday, 30th November, 2020 | 809 Views

KOLAM SUSU ADAKAH gerangan di seantero negeri? Kelompok biduan Indonesia berpredikat Koes Ploes pada era pembuka 70-an menggemakan bahwa kolam susu ada. Persis Bukan Lautan Hanya Kolam Susu, itulah judul lirik lagu yang disenandungkan oleh kelompok tersebut. Begini Refrain (Bagian ulangan-Ref.) lagu itu.

                Orang bilang tanah kita tanah surga Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

                Orang bilang tanah kita tanah surga Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

          Jadi jagung (Zea mays) Provinsi Gorontalo pemekaran dari Provinsi Sulawesi Utara itu? Ada apa dan bagaimana? Berikut narasinya oleh Dr Ir Mulyadi DM, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo yang disampaikan kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di kantornya di Gorontalo, di penghujung November 2020 yang lalu.

      Dari sisi pendapatan masyarakat, kontribusi kami untuk Provinsi Gorontalo  sangat signifikan. Di berbagai kabupaten hamparan budidaya jagung menghiasi pemandangan di kiri dan kanan jalan raya hingga ke pelosok. Satu sebagai contoh, di Kabupaten Pohuwato seluas-sejauh mata memandang kiri dan kanan semua tanaman jagung. Bahkan halaman rumah pun ditanami jagung.

     Jadi,  antusiasme masyarakat untuk menjadikan jagung sebagai pendapatan keluarga  begitu luar biasa di daerah ini. Masyarakat sangat antusias mengembangkan tanaman jagung karena di Gorontalo ini agribisnis jagung telah settle  lantaran pemasarannya gampang. Tidak perlu mencari pembeli jauh-jauh bahkan di ladang para petani sendiri pembeli berdatangan.

      Dengan kondisi seperti itu dan sudah mendatangkan uang sangat cepat, maka menanam jagung telah menggelayuti dalam pikiran petani sekarang. Namun, saat ini kami sudah mulai mengurangi pertanaman dalam dua tahun terakhir. Sebab, semua lahan dengan kemiringan yang sangat ekstrim pun akan ditanami jagung.

    Bahkan beberapa petani yang menanami ladangnya berupa bukit atau kaki gunung dengan menggunakan tali. Itu saking lahan itu sudah sangat miring. Badannya diikat pakai tali dari atas pohon lalu mereka menanam jagung. Saking antusiasme petani dalam rangka menanam jagung. Uang cepat datang dari jagung. Dan keyakinan petani bahwa menanam jagung itu bisa menjadi sumber pendapatan mereka.

Lokomotif Perekonomian Masyarakat

      Memang melalui intervensi kita di provinsi dan kabupaten maupun dari Kementerian Pertanian luar biasa banyak dan besar. Sebab, pada 2019 bantuan benih hampir 1.000 hektare (ha) untuk Gorontalo, sehingga masyarakat senang meskipun dari biaya produksi  bantuan benih itu tidak sampai seperdelapan dari biaya produksi. Artinya, mereka perlu biaya untuk pengolahan tanah, pemupukan dan lain-lain.

     Tetapi, semua bantuan itu bisa me-trigger atau memicu semangat petani walaupun bantuannya hanya benih. Di Provinsi Gorontalo  juga ada brigade proteksi. Kami juga didukung oleh persediaan pestisida. Sifatnya kalau ada yang namanya outbreak atau paparan keterjangkitan serangan hama yang cukup besar masyarakat di sini menangani sendiri.

    Memang jagung ini betul-betul menjadi lokomotif ekonomi di Provinsi Gorontalo, sehingga orang bilang amazing atau ketakjuban ekonomi yang sangat terkait dengan jagung untuk Gorontalo. Kalau kita lihat untuk perdebatan atau debat dalam rangka pemilihan gubernur di daerah ini pasti pertanyaan mengenai jagung selalu ada. Itu terjadi saking populernya jagung untuk kawasan Gorontalo.

    Kalau komposisi jagung untuk industri pakan mencapai sekitar 80 persen. Cuma sekitar 20 persen yang digunakan untuk industri lain-lain termasuk industri makanan. Ada juga untuk kosmetik. Ada pula untuk tepung dan gula jagung. Itu semua hanya sekitar 20 persen. Nah, kalau ditanyakan mengapa industri tidak didekatkan ke sentra budidaya jagung sebagaimana sering dibicarakan di berbagai forum, jawabnya sulit bagi kami dari Dinas Pertanian karena ternyata banyak kepentingan yang bagi kami tidak jelas.

    Namun, untuk bilangan 80 persen itu kami sudah coba mengadvokasi atau meminta perusahaan-perusahaan pakan ternak yang multinasional agar membangun industri di sini. Tetapi, mereka enggan membangun pabrik. Semua pemilik perusahaan itu lebih cenderung mendirikan perdagangan atau trading di sini, seperti gudang penyimpananlah contohnya.

    Jadi, mereka beli jagung dari petani dan disimpan di sini. Mereka punya gudang berupa gedung dan silo untuk yang jumlahnya banyak. Tetapi, untuk pabriknya mereka lebih memilih pabrik yang ada di Pulau Jawa sana. Kenapa demikian. Mungkin karena lebih menguntungkan  bagi mereka dengan hanya mengambil pipilan jagung kering  dari Gorontalo.

     Setelah itu dibawa ke Pulau Jawa. Memang hal itu bisa tetap dipertanyakan seperti pertanyaan yang diajukan tadi, mengapa tidak ada regulasi bahwa industri harus didekatkan di sentra budidaya komoditi yang dipakai. Itu mungkin ranah politik. Perdebatannya panjang dan mungkin dalam. Jadi, hal itu belum pas digugat-gugat lagi. Sebab, maybe one day atau someday will come and set. Begitu kan? Memang kami berharap demikian, tetapi…..ah bagimana? Ini sudah siang. Hamparan jagung sudah menghijau di lembah, bukit hingga gunung. Tuaian tak lama lagi tiba. Saatnya melangkah ke tepian pematang ladang.

    Oh ya, si koes ploes (Si Koes Ploes) tadi? Boleh jadi hanya semata  tautan atau referensi bagi petani kami. Tanah air pasir lempung pun kerikil dan bebatuan atau bumi Gorontalo telah ditumbuhi Zea mays atau jagung. Tentu saja the dream of all farmers have come. Untuk itu lumrahlah berucap selamat datang calon kemakmuran dan calon kesejahteraan bagi penduduk Gorontalo. Moga segera makmur kiranya lekas sejahtera.

Makanan Olahan Berbahan Jagung

        Sejak lima tahun terakhir ini beberapa industri rumahan yang dikelola para perempuan telah berkembang di Provinsi Gorontalo. Industri tersebut adalah pengolahan jagung menjadi makanan ‘cindera mata’ yang lazim disebut oleh-oleh alias buah tangan, seperti pia jagung atau stik (stick) jagung dan keripik jagung.

      Pengolahan itu antara lain ada di Desa Dumati, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Hasrat Rahma Bakery. Di Kabupaten Pohu Wato ada pengolahan oleh Koptan Usaha Baru di Kecamatan Randengan dan di Kota Administrasi (Kota Madya) Gorontalo ada pengolahan jagung yang dikelola oleh KWT Flamboyan di Kelurahan Moodu. Kecamatan Kota Timur.

            Semua produk olahan yang dihasilkan para wanita itu telah memasuki pertokoan moderen, pusat oleh-oleh dan juga di ruang pamer bandar udara  (bandara). Selain itu juga ditempatkan (dijual) di toko koperasi instansi-instansi pemerintah. Bahkan karena dijual secara online di media sosial (medsos), produk olahan yang telah bersertifikasi mutu itu telah dinikmati beragam konsumen di seluruh Indonesia. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang