Bermitra Dengan Pengusaha Kelapa Sawit Universitas Sumatera Utara (USU) Kembangkan Etalase Kebun Sawit Berkelas Internasional Pada Areal 50 Ha
Wednesday, 19th January, 2022 | 548 Views

DIBANTU BEBERAPA PIHAK yang concern pada perkelapasawitan, Universitas Sumatera Utara (USU) Medan dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia sepaham sependirian mengembangkan IOPETS di Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Secara kompreensif holistik, pendukung industri kelapa sawit mulai dari budidaya, riset, pengembangan produk, pendidikan dan pelatihan hingga olah raga dan turisme berada di IOPETS yang menempati lahan seluas 50 hektare (ha).

 

   KONON adalah sehelai kertas yang diisi beberapa alinea kalimat lalu ditandatangani bersama dengan titel memorandum of understanding (MoU) telah ditandatangani para pihak pada Juli 2019 yang lalu. Karena serbuan virus korona di penghujung 20219 wujud MoU itu tak jelas sampai pada 14 Januari 2022 MoU itu dilanjutkan dengan penandatanganan memorandum of agreement (MoA) oleh pihak Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GPKSI) atau Gepekesain yang lazin dikenal dan disebut GAPKI yang diwakili Ketua Gapki Provinsi Sumut Dr Alexander dengan USU yang diwakili oleh Rektor USU Dr Muryanto Amin.

    Acara penandatanganan MoA tersebut diselenggarakan di Aula Rektorat USU Medan yang disaksikan oleh Ir Kacuk Sumarto mewakili GAPKI Pusat, para investor nasional, pengusaha sawit Indonesia dan petani sawit Sumut. Hadir pula kelangan kampus USU Medan, seperti Wakil Rektor III Profesor Dr Poppy Anjelisa Zaitun Boru Hasibuan, Wakil Rektor III Ir Luhut Sihombing,MP serta Dekan Fakultas Pertanian USU Dr Ir Tavi Supriana,MS.

     Lalu apa gerangan IOPETS yang digagas berkelas internasional dan akan digelorakan ke seantero dunia itu? Menurut Alexander, industri kelapa sawit Indonesia hingga kini menjadi satu di antara tulang punggung ekonomi nasional. Kelapa sawit tidak tergantikan oleh komoditi lain untuk menghasilkan minyak nabati untuk pangan maupun energi terbarukan.

       “Sejarah pengusahaan kelapa sawit nasional secara industri dimulai di Sumatera Utara pada 110 tahun yang lalu. Kemudian dalam perkembangannya sampai sekarang,  prospek sangat baik sampai kapanpun sepanjang masa. Oleh karenanya Provinsi Sumatera Utara harus memiliki sesuatu yang monumental yang menggambarkan keseluruhan proses bisnis pada industri kelapa sawit, sejak dari penyediaan benih (kecambah), pembibitan, perkebunan, pengolahan sampai dengan industri turunannya. Sistem kerja semacam itu telah kami kemas dalam kapsul Integrated Oil Palm Edu Tourism and Sport atau IOPETS,” ungkap Alexander.

Nilai Tambah Bagi Masyarakat

    Apa pernyataan Rektor USU Medan? Disebut-sebut bahwa pembangunan Etalase Kebun Sawit IOPETS itu memang harus berkelas internasional, sehingga bisa diterima secara global. Visualisasi seluruh segi atau aspect industri kelapa sawit yang terwakili di Etalase Kebun Sawit itu harus bisa dinikmati banyak pihak bukan saja dari nusantara, tetapi juga dunia.

      “Harus bisa dinikmati pelancong atau turis dari seantero bumi Indonesia dan juga mancanegara. Informasinya harus jelas dan terbuka dan dipastikan bisa diakses oleh berbagai pihak di belahan Asia (tengah, utara, selatan, timur), Eropa, Australia dan Amerika (Kanada, Amerika Latin). Sisi tourism education harus memberi keuntungan maksimal kepada masyarakat. Itu harus dan kita akan mendapat nilai tambah. Itu harus,” tutur Muryanto.

    Jadi? Disebut-sebut bahwa gambaran proses bisnis kelapa sawit itu harus didukung sarana dan prasarana pendukung berupa fasilitas riset, pengembangan, pendidikan serta pelatihan. Dan bahkan tidak ketinggalan kegiatan olah raga bertaraf internasional dan turisme yang memanfaatkan sarana dan prasarana pendukung industri kelapa sawit yang akan dibangun tersebut.

    Begitulah, demikian Alexander, semuanya dikemas dalam satu sistem kerja yang disebut dengan IOPETS itu. Gambaran secera lengkap mengenai semua kegiatan dalam industri kelapa sawit baik skala industri besar maupun skala petani keci|, dan bahkan olah raga dan wisata berbasis sawit. Momentum sekarang adalah upaya mengeksekusi action tentang sawit karena ada keunggulan sumber daya manusia (SDM) Sumatera Utara di bidang itu.

Rincian Kerjasama Masa Datang

     Setelah MoU yang melangkah ke MoA, maka kerjasama pembangunan Etalase Sawit dengan predikat IOPETS itu mencakup beberapa hal. Pertama, pembangunan taman kebun kelapa sawit yang berisi bibit-bibit unggul yang berasal dari 19 produsen benih di seluruh Indonesia saat ini. Taman tersebut dilengkapi jalan-jalan setapak serta bangunan-bangunan pendukung untuk pertemuan-pertemuan kecil untuk diskusi guna lebih sedikit mendalami mengenal industri sawit. Taman kebun kelapa sawit ini akan dibangun di lahan kampus USU Kwala Bekala dengan memanfaatkan lahan seluas sekitar 50 hektare (ha).

    Kedua, pembangunan dan penyediaan fasilitas pengolahan kelapa sawit yang berupa mesin-mesin pabrik kelapa sawit (PKS) mini yang mengolah buah kelapa sawit untuk menjadi minyak kelapa sawit (MKS atau rude palm oil/CPO) serta mesin-mesin untuk mengolah CPO menjadi minyak goreng dan bahan bakar dengan kualitas tinggi.

    Minyak goreng kualitas tinggi ini mempunyai kandungan vitamin A yang tinggi yang sangat baik digunakan oleh pemerintah untuk mengatasi bayi dan anak balita yang mengalami stunting atau kerdil karena kekurangan gizi. Adapun bahan bakar kualitas tinggi ini mempunyai kandungan Research Octane Number (RON) hingga 110 yang bisa dipakai untuk kendaraan-kendaraan tertentu, seperti pesawat terbang, mobil pacu balap hingga roket atau sebagai aditif bagai bahan bakar lain untuk meningkatkan nilai RON tersebut.

    Adapun rangkaian fasilitas pengolahan buah menjadi CPO dan CPO menjadi minyak goreng dan bahan bakar kualitas tinggi ini dikemas sedemikian rupa agar tingkat kelompok petani bisa memiliki dan mengoperasikan. Dengan demikian petani sawit sudah tidak lagi menjual buah sawit saja, tetapi sudah beralih menjual produk akhir ke konsumen. Besar harapan dengan cara ini akan terjadi lompatan peningkatan taraf hidup petani sawit Indonesia.

   Hal ini merupakan jawaban atau implementasi atas Peraturan Presiden Republik Indonesia No 109/2020 khususnya pada Lampiran 2 butir 199 yang meliputi: Pengembangan Teknologi Produksi IVO dan Bensin Sawit dengan Katalis Merah Putih yang terintegrasi dengan kebun rakyat. Fasilitas pengolahan ini sebagai pelengkap dari Taman Kebun Sawit yang dibangun bersamaan dan juga akan dibangun di lahan kampus USU Kwala Bekala dengan memanfaatkan lahan seluas sekitar 5 ha.

    Ketiga, pengembangan arboretum atau taman hayati yang saat ini sudah ada menjadi kebun raya, di mana satu di antaranya sebagai wujud upaya konservasi alam dalam pengusahaan industri kelapa sawit. Kebun raya sebagai pengembangan dari arboretum ini akan dibangun juga dikampus USU Kawala Bekala seluas sekitar 50 hektar (ha). Keempat, pembangunan fasilitas riset ketahan pangan dan energi terbarukan pada lahan-lahan kosong di kampus USU Kwala Bekala sebelum dimanfaatkan sesuai rencana di awal 2023 mendatang.

    Terkait hal ini Dekan Fakultas Pertanian USU Dr Ir Tavi Supriana,MS mengatakan bahwa pihaknya siap mendukung program Taman Hayati tersebut. Kontribusi konkret pihak Fakultas Pertanian USU adalah turut proaktif mengawal pengembangan Taman Hayati termasuk riset yang terkait dengan itu untuk mendukung ketahanan pangan kawasan serta nasional. * sembada/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang