Beri Pelatihan Bikin Pupuk Organik Kepada Murid Beberapa SMA Kampus Unas Konsisten Menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi
Sunday, 1st November, 2020 | 967 Views

HINGGA MENJELANG AKHIR 2020 ini pihak Universitas Nasional (Unas) tetap konsisten mengadakan pengabdian kepada masyarakat. Hal itu merupakan cerminan menjalankan Tri Darma Perguruan Tinggi, dimana para dosen memberikan pelatihan kepada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk membuat pengolahan komposting limbah organik.

    Dalam kaitan pengabdian kepada masyarakat itu para dosen Universitas Nasional (UNAS) melatih para siswa yang tergabung dalam kelompok Gerakan Cinta Lingkungan (GCL) dari SMAN 34, SMA Kharisma, SMA Cendrawasih, dan SMA PGRI 3. Kegiatan ini dilakukan selama satu bulan pada 14 Oktober 2020 hingga 17 November 2020 yang terpusat di SMAN 34 Jakarta.

    Menurut Ketua Pusat Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Unas Ir Etty Hesthiati,MSi kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik kepada siswa SMA mengenai pemupukan dan pengelolaan sampah organik. Pemupukan itu salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah dengan memperhatikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah. Hal ini perlu dilakukan agar tanaman dapat tumbuh lebih baik dan menghasilkan kuantitas maupun kualitas hasil lebih baik.

    “Pemupukan tersebut dapat dilakukan menggunakan pupuk kimia maupun pupuk organik. Pemanfaatan sisa panen maupun sampah organik menjadi pupuk merupakan salah satu bagian dari konservasi tanah dalam upaya pelestarian yang ramah lingkungan,” ungkap Etty.

       Ia juga menambahkan bahwa pupuk organik atau kompos juga memiliki kandungan unsur hara yang lengkap, baik makro maupun mikro yang tidak dimiliki oleh pupuk an-organik. Selain itu, pupuk organik juga mengandung makro dan mikro organisme tanah yang mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan sifat biologis tanah.

Dari Limbah Domestik

      Pada kesempatan yang sama Dekan Fakultas Pertanian Unas, Ir Inkorena GS Sukartono, MAgr menjelaskan bahwa menjelaskan mengenai Praktik Pengolahan Sampah Organik menjadi Kompos yang bermutu tinggi. Pada pembuatan pupuk organik kompos tersebut bahan yang diperlukan dapat berasal dari limbah organik di sekitar, maupun dari hasil limbah domestik atau  rumah tangga.

     Inkorena mengungkapkan bahwa bahan yang digunakan bisa banyak, tidak hanya dari daun saja tetapi campuran beberapa jenis daun, kulit buah-buahan, bekatul, kulit telur, kulit udang, juga tepung ikan atau ikan rusak. Bahan tersebut kemudian direbus dan akan menghasilkan pupuk organik yang mengandung hara baik makro maupun mikro.

    Dikatakan pula bahwa proses dalam komposting ini adalah bentuk fermentasi, sehingga tidak dihasilkan bau yang busuk, melainkan segar seperti alkohol. Namun, jika yang terjadi adalah pembusukan, maka bau yang akan ditimbulkan tidak sedap.

    “Pembusukan tersebut dapat terjadi apabila bahan terlalu basah dan tumpukan bahan terlalu padat, sehingga tidak ada udara. Proses fermentasi ini pun dibutuhkan mikroba sebagai pengurai. Jika semakin banyak jumlah dan macam mikro efektif yang berperan, maka proses fermentasi akan berjalan lebih cepat dan sempurna,” Inkorena menambahkan sembari menyebutkan bahwa dua mahasiswa Unas, yakni Fajar Tri Wahyudi dan Takhean Zaenandi telibat dalam kegiatan itu. .

    Menyambut keterlibatan Kampus Unas pada pelatihan tersebut Kepala Sekolah SMAN 34 Dra Umi Harini, MM mengatakan bahwa pelatihan ini merupakan kelanjutan dari berbagai kegiatan sebelumnya yang telah dilakukan Fakultas Pertanian dan Pusat Pemberdayaan Unas dengan SMAN 34 Jakarta Selatan, khususnya dalam pembinaan kepada kelompok GCL SMAN 34.

   Selaku penanggungjawab kegiatan Harini mengatakan bahwa Kegiatan ini dilakukan dalam rangka pendidikan karakter melalui ekstrakulikuler yang diselenggarakan oleh Sekolah Adiwiyata Mandiri SMAN 34 Pondok Labu, Jakarta Selatan. *sembada/rori/unas-rin

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang