Bantuan Mesin Pengolahan Terus Dikembangkan, Petani Senang Bisa Meningkatkan Taraf Hidup Baru
Monday, 20th December, 2021 | 680 Views

UNTUK MENDUKUNG EKONOMI rakyat Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten khususnya di Kecamatan Karang Tanjung, beragam alat dan mesin pertanian untuk mengolahan hasil bumi berupa talas beneng sudah tiba. Jadi, tibalah perubahan yang signifikan kebiasaan tradisional masyarakat menjadi modern, higienis dan menguntungkan. Alam baru, budidaya tanam baru, hasil usaha baru dan ekonomi baru terwujud di Pandeglang.

    Begitulah ungkapan Kepala Seksi Perbenihan dan Perlindungan Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang Asep Mahfudin,SP yang dilontarkannya dalam perbincangan sepanjang perjalanan hingga mencapai Desa Juhut, Kecamatan Karang Tanjung dan berjumpa petani. Desa Juhut berada di punggung Gunung Karang setinggi 480 meter di atas permukaan laut (DPL). Dari Alun-alun Kota Pandeglang (Ibukota Kab.Pandeglang) Desa Juhut bisa dijangkau selama 30 menit dengan laju 35 kilometer per jam yang berliku lewat lembah dan jalan desa. Tinggi Gunung Karang sendiri mencapai 1.400 DPL.

    Tiba di lokasi penempatan peralatan-peralatan bantuan dari Kementerian Pertanian, seperti dari Balai Besar Pasca Panen, Balai Besar Mekanisasi Pertanian dan Balai Besar Biogen, Asep menyebut beberapa nama dan fungsi peralatan tersebut. Ada alat perajang daun talas beneng, mesin perajang umbi, mesin oven bertenaga listrik dan gas dan mesin penyerut atau perajang umbi. Kemudian rumah pengering rangka baja ringan berdinding beratapkan fiber plastic atau serat plastik berdaya tahan tinggi.

Baca juga : Ubi Talas Beneng Dulu Tak…

Rumah Pengering Ganda Guna

    Menurut Asep, daun talas beneng yang sudah dilipat padat kemudian dimasukkan ke in-let alat pemotong sampai halus. Setelah itu barulah ditaruh di rumah pengering bantuan Balai Besar Pascapanen, Kementerian Pertanian, sedangkan alat perajang daun itu adalah untuk pembuatan bahan pengganti tembakau untuk sigaret. Rumah pengering itu berguna ganda atau multi fungsi untuk beragam komoditi.

   “Alat tersebut ternyata sudah ada jauh sebelum rumah jemur datang. Hingga kini kapasitas mesin perajang baru tergantung dari kesediaan  daun. Proses pengeringan bisa satu hari atau tergantung cuaca,” demikian Asep Mahfudin sembari menambahkan petani penerima bantuan rumah pengering dan mesin lainnya adalah Gapoktan Juhut Mandiri, Desa Kadu Kebo, Kecamatan Karang Tanjung.

   Dia menambahkan, umbi talas beneng yang telah dikupas hingga bersih kemudian dipotong-potong. Proses lanjutannya adalah perendaman begitu saja tanpa campuran apapun lalu ditiriskan dan langsung masuk mesin serut. Hasilnya berbentuk irisan kecil atau stick kemudian dimasukkan ke rumah pengeringan. Kapasitas mesin perawut itu adalah 5 kuintal per jam.

   Hasil talas beneng yang diserut ini setelah masuk ke ruang jemur lebih kurang dua hari kemudian ditepung. Kendati demikian, para petani lebih memilih mesin serut untuk stick atau potongan-potongan kecil karena kalau dibentuk irisan-irisan tipis ketika dijemur menyatu malah lama keringnya itu juga mempengaruhi kualitas yang dihasilkan,  petani juga sulit dan lebih lama memisah-misahkannya. Ini untuk menghemat waktu pengoperasian mesin.

   “Di rumah pengering (hybrid dryer) sudah tersedia para-para untuk menempatkan nampan, tetapi nampannya terlalu kecil, sehingga daya tampungnya menjadi sedikit. Semua bahan baku yang masuk, potongan-potongan atau stick setelah kering bisa ditepung. Khusus untuk daun terlebih dahulu dilayukan dalam oven hingga menguning kemudian dirajang lalu dijemur di dalam rumah pengering,” Asep menjelaskan.

    Menyangkut pohon talas beneng, Asep Mahfudin mengatakan bahwa untuk satu pohon bisa menghasilkan bibit 10 tunas. Nilai jual satu bibit 1.000 rupiah saja per satu tunas, petani mendapatkan keuntungan langsung 10.000 rupiah. Belum lagi bibit mahkota yang lengket di sekeliling umbi, harganya 2.500 per bibit. Memang lebih mahal karena kalau talas ditanam dengan bibit mahkota akan lebih cepat besar. Umur 8 bulan sudah sama besarnya dengan induknya semula dan bisa menghasilkan talas beneng sekitar 1 meter dengan beras 25 kg lebih. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang