Agar Tak Jadi Penonton Produk Petani Negara Lain di Meja Kita, Mari Membangun Kemandirian Pertanian Indonesia
Thursday, 23rd January, 2020 | 1079 Views
|
Oleh Dr Ir Iskandar Andi Nuhung (Penerima Satya Lencana Karya Satya 1999)
Dr Ir Iskandar Andi Nuhung (Foto:sembada/henry)

Dr Ir Iskandar Andi Nuhung (Foto:sembada/henry)

ADA KERINDUAN DAN keinginan bahkan tuntutan yang kuat dari masyarakat agar pertanian Indonesia maju dan makin maju, sehingga taraf hidup masyarakat pertanian dapat ditingkatkan, impor hasil pertanian dapat dikurangi, ekspor dapat ditingkatkan, supaya pedesaan menjadi maju dan urbanisasi dapat ditekan.

       Ada kerinduan yang mendalam agar pertanian kembali berjaya seperti di masa-masa sebelum 1970-an pada saat Indonesia menjadi eksportir terbesar karet, tebu dan rempah-rempah, seperti pada swasembada beras, ketika harga hasil pertanian tinggi, sehingga petani menikmati kehidupan yang lebih layak.

       Kerinduan, keinginan dan tuntutan bukan tanpa alasan, dimana sumber daya alam atau SDA yang potensial dan melimpah, sumber daya manusia atau SDM yang cukup potensial baik jumlah maupun mutunya. Kultur di bidang pertanian sudah melekat bagi masyarakat Indonesia dan pengalaman sejarah membuktikan bahwa Indonesia pernah berjaya karena hasil pertaniannya.

    Alasan dan pertimbangan berikutnya bahwa lebih dari 60 persen penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, sebanyak 45 persen angkatan kerja berada di sektor tersebut dan sekitar 50 persen dari sekitar 40 juta penduduk miskin adalah petani, nelayan dan peternak. Dengan demikian, pembangunan pertanian yang baik dan benar diyakini dapat mengangkat harkat dan martabat dan taraf hidup lapisan masyarakat bawah dan piramida penduduk republik ini.

Kontribusi Ke Pasar Internasional

      Kerinduan, keinginan dan tuntutan tersebut dapat diwujudkan jika dan hanya jika ada kejelasan kebijakan pembangunan pertanian itu sendiri. Menurut saya, visi pembangunan pertanian harus diarahkan pada bagaimana upaya meningkatkan taraf masyarakat dan Bangsa Indonesia dari sektor pertanian dan bagaimana supaya pertanian Indonesia memiliki daya saing yang tinggi.

     Pertanian yang maju akan terwujud jika mempunyai kontribusi yang significant di dunia internasional, menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan masyarakat bangga dengan pertanian Indonesia. Selain itu pasar-pasar tradisional dan supermarket haus dikuasai atau didominasi produk-produk domestik, industri-industri pengolahan menggunakan bahan baku domestik bahkan industri hilir pertanian sudah sampai pada taraf advance semisal sawit yang sudah diolah menjadi biodiesel, pabrik ban tumbuh dengan baik, industri makanan dan minuman bekerja secara full capacity karena tidak ada hambatan bahan baku.

       Selain itu buah-buahan produk dalam negeri terdapat di mana-mana dan tersedia sepanjang tahun dan the last but not list adalah kita JANGAN PERNAH BERPIKIR untuk impor pangan terutama beras karena produksi dalam negeri mencukupi. Itu semua yang dirindukan, diinginkan dan menjadi tuntutan masyarakat.

    Peningkatan produktivitas, biaya produksi yang rendah karena tingkat biaya bank untuk pertanian yang rendah, harga pupuk, pertisida dan pembebanan pajak restribusi dan pungutan-pungutan yang rendah merupakan prasyarat menciptakan pertanian yang efisien, sehingga dapat bersaing dengan negara lain.

       Mengapa Cina bisa menghsilkan produk dengan murah? Mengapa Thailand mendominasi pasar internasional buah-buahan? Mengapa Vietnam bisa melejit membangun pertaniannya dalam kurun waktu kurang dari dua dasawarsa? Satu di antara faktornya sangat menonjol adalah efisiensi, dalam pengertian biaya usaha tani yang murah (paling tidak bunga bank untuk petani Vietnam kurang dari 6 persen), coba kita bandingkan dengan Indonesia yang tetap sangat tinggi walau didengung-dengungkan ada kredit usaha rakyat atau KUR, tetapi kenyataannya para petani tidak terlalu meminatinya kecuali untuk berusaha di luar usaha tani. Itupun masih harus memberi jaminan atau boroh atau tanggungan bermacam-macam jenis, seperti serfifikat tanah atau kendaraan atau lainnya.

       Seringkali kita hanya bisa mengatakan bahwa Vietnam dulu belajar tanam kopi, tebu dan padi serta tanaman lainnya dari Indonesia dan saat ini Vietnam itu menjadi pemasok produk pertanian mereka untuk Indonesia. Lalu mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apa yag salah dengan Indonesia ini?  Boleh jadi saya salah menyebut bahwa kini di INDONESIA PALING BANYAK SARJANA PERTANIAN di dunia, tetapi kalau benar, wah alangkah memprihatinkan bahwa pertanian Indonesia tak pernah maju sepanjang masa kemerdekaan. Di Kementerian Pertanian saja terdapat lebih dari 600 doktor pertanian.

Pertanian Berkelanjutan

      Dan yang saya ingin katakan adalah bahwa masyarakat Indonesia merindukan kebijakan pembangunan pertanian yang jelas serta  berkesinambungan atau berkelanjutan, jangka panjang dalam memecahkan masalah bangsa. Namun, semua itu harus dimulai dari pertanian mendasar AKAN DIKEMANAKAN PERTANIAN INDONESIA INI SEKARANG? Pertanyaan ini sangat mendasar dan filosofis yang jawabannya justru ditunggu-tunggu oleh masyarakat. 

     Selama pertanyaan itu tidak terjawab tentu jangan kita pernah mimpi pembangunan pertanian yang maju bisa terwujud. Dan ini sudah terbukti, misalnya dengan masalah perberasan nasional. Apakah kita mau swasembada atau berdaulat penuh dalam pengertian semua kebutuhan beras  harus dipenuhi dari produk pertanian sendiri di dalam negeri? Atau kalau memang kurang atau benar-benar kurang, barulah impor.

     Perbedaan ini sangat mendasar dan implikasinya sangat luas dan menjadi ajang permainan pihak tertentu untuk mengambil keuntungan dari ketidakjelasan kebijakan pemerintah, apalagi dengan adanya aturan dari pihak World Trade Organization atau WTO yang kadang-kadang membuat negara-negara berkembang tidak sempat bernapas. Oleh karena itu kita Bangsa Indonesia  harus cerdas dan cerdik dalam membangun sektor pertanian.

Kalau tidak demikian, persolan akan berulang-ulang dan sementara negara lain sudah semakin maju dan akan memasukkan produk pertanian mereka ke Indonesia yang sangat gemar mengkonsumsi produk impor daripada produk petani sendiri yang lebih segar dan lebih bernutrisi. Artinya, petani Indonesia dan masyarakat Indonesia akan tetap menjadi penonton atas produk petani negara lain membanjiri pasar dan meja orang Indonesia. *

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang