75 Thn RI Merdeka:Penghasilan Petani Akan Meningkat Ikut Program P3B Tanaman Pangan
Saturday, 26th June, 2021 | 640 Views

JELANG TUJUH PULUH lima atau 75 tahun Indonesia merdeka Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP), Kementerian Pertanian membuka peluang bagi petani meningkatkan taraf hidup. Kini ada program Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan atau P3BTP yang difokuskan bagi petani untuk memproduksi benih. Harga benih bisa mencapai tiga kali atau empat kali lebih berharga daripada gabah kering panen atau KGP.

    Bagaimana gerangan program P3BTP itu? Adalah Achmad,SP bercerita tentang hal tersebut. Program P3BTP itu menyangkut padi hibrida yang diperuntukkan bagi para petani yang berkelompok. Achmad,SP adalah Kepala Sub Koordinator Penilaian Varietas Direktorat Perbenihan, Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian dan bertugas di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur khusus untuk mengawal pengembangan benih hibrida oleh petani.

     Bisa meningkatkan penghasilan petani? Caranya? Menurut Achmad, kalau para petani menanam calon benih dan akan jadi benih sekitar 20 persen hingga 25 persen dari hasil 7 ton per hektare (ha), atau didapat sekitar 2,5 ton per ha, maka padi atau gabah itu akan dihargai 3 kali lebih  tinggi dari harga gabah biasa. Apabila harga gabah kering panen atau GKP adalah 4.300 rupiah per kg, maka harga GKP untuk benih sudah mencapai 12.000 rupiah per kg.

    “Nah, itu dia. Harga 12.000 rupiah itu akan didapat para petani. Itu minimal. Dan tentu hal itu akan meningkatkan pendapatan mereka jika setiap musim panen tanam benih hibrida. Selain pendapatan meningkat, benih yang dibutuhkan tidak akan susah lagi karena bisa tersedia dari lingkungan mereka sendiri dan sudah disertifikasi. Mutunya sudah terjamin,” ungkap Achmad.

    Achmad menyebutkan lagi bahwa sebagai penilai varietas benih pihaknya optimis bisa mendapatkan sebanyak minimal 2 ton per ha  dari pertanaman yang ada. Hal itu dinilai dari pertumbuhan padi yang baru berumur 25 hari sudah hijau segar dan kuat. Bahkan tidak mustahil akan mencapai hasil sampai 3 ton per ha. Namun, hal itupun masih tergantung dari para petani masing-masing, apakah mereka mau menerima arahan dari para petugas, seperti PPL, POPT maupun dari pihak off-taker agar tak menyerah merawat tanaman.

    Menyerah? Tergantung petani? Memang ada tanda-tanda seperti itu? Nah, selanjutnya Achmad mengemukakan bahwa hal demikian belum terlihat atau belum ada gejala kemalasan petani. Bahkan para petani sangat bersemangat mengawasi lahan mereka termasuk dari volume aliran air. Sebab, secara prinsip padi bukan tanaman air. Para petani juga sangat rajin memantau keseluruhan pertanaman apakah ada gulma atau tumbuhan lain.

    “Keadaan paling menentukan nantinya adalah pada saat mengawinkan serbuk betina dan serbuk jantan itu, yaitu bertepatan saat padi berbunga penuh. Proses pengkawinan itu perlu bantuan dari petani. Kami sudah memberi pembelajaran atau mengajarkan itu kepada petani  agar nantinya hasilnya maksimal,” kata Achmad sambil menambahkan bahwa untuk umur panen tanaman adalah antara 90 hari hingga 95 hari.

     Padi yang menjadi calon benih itu adalah varietas HIPA-21 yang telah teruji ketahanannya terhadap hama wereng batang cokelat atau WBC maupun blas. Dari contoh yang telah teruji itu adalah bahwa jenis varietas lain terserang hama WBC dan blas hingga mulai menguning dan menghitam, tetapi varietas HIPA tersebut masih bisa bertahan dan tetap menghijau, sehingga cocok sebagai padi sawah. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang